TARBIYYAH RAMADHAN
BY. DRS. MOH. YANI, MM.M.PdI
Ada banyak faktor yang membuat kita harus
bersyukur kepada Allah Swt. Salah Satunya adalah disampaikan-Nya usia kita pada
bulan Ramadhan yang mubarak, sehingga kita bisa rasakan lagi ibadah Ramadhan
yang nikmat itu. Kenikmatan ibadah Ramadhan dapat kita rasakan salah satunya dari sisi nilai
tarbiyyah (pendidikan) nya terhadap diri, keluarga dan masyarakat.
Oleh karena itu, manakala ibadah Ramadhan ini
dapat kita tunaikan dengan sebaik-baiknya, maka masyarakat dan negara kita yang
mayoritas penduduknya muslim ini akan sampai pada suatu keadaan yang bersih
jiwanya sehingga melahirkan masyarakat dan bangsa yang bersih dari sifat dan
prilaku yang buruk.
Ada banyak nilai
tarbiyyah Ramadhan yang akan kita peroleh, khususnya dari ibadah puasa.
Pemahaman tentang masalah ini perlu kita ingat dan segarkan kembali agar ibadah
puasa Ramadhan pada tahun ini bisa kita optimalkan dalam peroleh
hasil-hasilnya.
1.
Membersihkan Jiwa.
Keadaan jiwa seseorang
menjadi penentu utama bagi diri dalam bersikap dan berprilaku. Sikap dan
prilaku yang baik atau buruk sangat ditentukan oleh apakah jiwanya bersih atau
tidak. Puasa mentarbiyyah kita untuk menjadi manusia yang memiliki jiwa yang
bersih. Indikasi jiwa yang bersih adalah senang melaksanakan apa yang
diperintah Allah, menjauhi apa yang dilarang-Nya serta selalu berupaya untuk menyempurnakan
pengabdiannya kepada Allah Swt.
Jiwa yang bersih akan
membuat seseorang, pertama, senang pada kejujuran dan puasa memang mendidik seorang muslim untuk
bersikap dan berprilaku jujur, meskipun tidak ada orang lain yang mengetahui
kalau dia melakukan pelanggaran. Kedua, takut kepada Allah dan selalu merasa diawasi olehnya yang membuat tumbuh
dalam jiwanya rasa dekat kepada Allah Swt sehingga dia tidak mau melanggar
ketentuan-ketentuan Allah Swt, meskipun pelanggaran yang dilakukannya termasuk
pelanggaran yang kecil dan tidak diketahui oleh orang lain. Ketiga, orang yang mendambakan kebersihan jiwa, manakala telah diselimuti dengan
dosa, maka dia ingin membersihkan dosa-dosanya itu, dan puasa merupakan salah
satu upaya untuk membersihkan jiwa dari dosa-dosa. Keempat, jiwa yang bersih
juga diindikasikan dalam bentuk disiplin dalam menjalan ketentuan-ketentuan
Allah Swt dan puasa memang melatih kita untuk menjadi orang yang disiplin dalam
menjalani kehidupan sebagaimana yang telah digariskan Allah Swt dan dicontohkan
oleh Rasul-Nya. Makan, minum, melakukan hubungan seksual dan sebagainya ada
ketentuan waktu yang harus ditaati oleh seorang muslim selama menunaikan ibadah
puasa, ini berarti puasa harus menghasilkan jiwa disiplin dalam ketaatan kepada
Allah Swt.Dan kedisiplinan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam dunia
apapun, apalagi dalam menjalani kehidupan sebagai seorang muslim.
2. Memantapkan Keinginan Baik.
Keinginan (iradah) merupakan sesuatu yang mesti ada, tumbuh dan berkembang
dalam diri seorang muslim dalam rangka melaksanakan perintah dan menjauhi
larangan Allah Swt.Puasa mendidik kita untuk menumbuhkan dan mengembangkan
iradah untuk melaksanakan yang baik dan iradah untuk menjauhi segala bentuk
keburukan. Pahala atau imbalan besar yang disediakan Allah Swt terhadap orang
yang berpuasa dengan baik membuat tumbuh pada dirinya keinginan untuk
melaksanakan segala bentuk kebaikan dan menjauhi segala bentuk keburukan.
Misalnya saja di bulan Ramadhan kita dibina untuk menolong orang lain dengan
cara memberi makan atau minum kepada orang yang berbuka dengan pahala yang
besar, Rasulullah Saw bersabda,
"Barangsiapa memberi jamuan bukapuasa kepada
orangyang berpuasa, maka ia mendapat pahala seperti pahalanya (orangyang
berpuasa) itu, yaitu tidak dikurang sedikitpunpahala orangyang berpuasa
itu" (HR. Ahmad, Tirmidzi,
Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban). Dengan imbalan yang besar itu, seorang sahabat
meskipun miskin masih tetap berkeinginan untuk bisa memberi makan atau minum
kepada orang yang berbuka puasa, tapi dia bertanya kepada Rasul tentang apa
yang bisa diberikannya karena miskinnya itu, maka Rasulpun tidak menutup
kemungkinan seseorang untuk menginginkan suatu amal yang baik, maka beliaupun
menyatakan: "meskipun engkau hanya bisa memberi sebiji korma atau seteguk
air".
3. Mengendalikan Nafsu Seksual.
Secara khusus, ibadah puasa juga mendidik kita
untuk melakukan pengendalian terhadap nafsu seksual, tapi bukan membunuh nafsu
seksual sehingga kita tidak memilikinya lagi. Nafsu seksual merupakan salah
satu pintu yang digunakan oleh syaitan dalam menggoda manusia menuju jalan yang
sesat. Karena itu, tidaklah aneh kalau kita menemukan begitu banyak manusia
yang akhirnya jatuh ke lembah yang nista karena tidak mampu mengendalikan nafsu
seksualnya. Berapa banyak orang kaya yang jatuh miskin karena masalah seksual,
berapa banyak pejabat yang jatuh dari kursi kekuasaannya karena nafsu seksual
dan berapa banyak terjadi kasus-kasus kerusakan akhlak lainnya karena
berpangkal dari persoalan seksual.
Karena itu, tidak aneh juga kalau ada psikolog
menganggap seks sebagai faktor utama penggerak aktivitas manusia, karena memang
begitulah yang banyak terjadi di berbagai belahan dunia, khususnya di dunia
barat. Wabah kerusakan moral dan berbagai penyakit telah bermunculan karena
bermula dari ketidakmampuan manusia mengendalikan nafsu seksualnya.
Oleh karena itu, bagi seorang muslim, masalah
seksual merupakan karunia Allah Swt yang pelampiasannya boleh dilakukan pada
batas-batas yang telah ditentukan oleh Allah dan Rasul-Nya. Maka ibadah puasa
melatih kita untuk mengendalikan keinginan seksual itu, jangankan kepada wanita
lain atau kepada lelaki lain, kepada isteri atau suami saja harus dikendalikan
dengan sebaik-baiknyapada saat sedang berpuasa, Allah berfirman yang artinya:
"Dihalalkan bagi kamu pada malam hari puasa
bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka itu adalah pakaian bagimu, dan
kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak bisa
menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu.
Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah
untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang
hitam, yaitu fajar" (QS Al-Baqarah: 187).
4. Mengokohkan Jiwa Kemasyarakatan
Sebagai manusia, kita
menyadari bahwa hidup ini tidak mungkin bisa kita jalani dengan baik tanpa
kebersamaan dengan manusia lainnya. Karena itu interaksi kita antara yang satu
dengan yang lain merupakan suatu kebutuhan dan secara ekonomi, yang kaya harus
membantu yang miskin, sementara yang miskinpun masih bisa bersyukur kepada
Allah Swt karena bisa jadi masih banyak orang yang lebih miskin darinya.
Ibadah puasa mendidik
kita untuk mengokohkan jiwa kemasyarakatan itu, sehingga sebagai orang yang
memiliki kemampuan secara materi kita siap memberikan bantuan kepada yang tidak
mampu karena kita sudah merasakan tidak enaknya lapar dan haus, padahal itu
hanya berlangsung beberapa jam, sementara masih begitu banyak anggota
masyarakat kita yang memerlukan bantuan, apalagi dalam krisis ekonomi di negara
kita sekarang ini yang telah melahirkan penduduk miskin baru dalam jumlah yang
amat banyak. Menumbuhkan jiwa kemasyarakatan itu nantinya disimbolkan dalam
bentuk menunaikan zakat fitrah yang memang harus diberikan kepada mereka yang
miskin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar