Sabtu, 13 Agustus 2011

RAMADHAN OH... RAMADHAN............


RAMADHAN OH… RAMADHAN
Pelajaran Dari Ramadhan
Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji dan puja kehadirat Allah swt karena pada pagi hari ini kita masih diberikan karunia untuk melakukan shalat,  setelah sebelumnya kita diberikesempatan untuk menunaikan ibadah puasa. Mudah-mudahan kita dapat mensyukuri karunia ini dengan sungguh-sungguh karena seringkali kita lupa akan karunia Allah ini. Karunia kesehatan dan kebahagiaan.
Dapat kita bayangkan kondisi saudara-saudara kita lainnya yang tidak seberuntung kita semua padasaat ini, dimana ada saudara kita yang sakit sehingga tidak dapat menunaikan ibadah puasa . Betapa irinya mereka terhadap kita. Ada pula kaum Muslimin yang harus merayakan
akhir Ramadhan ini di medan pertempuran, jauh dari sanak saudara. Ada pula kaum Muslimin yangharus merayakan lebaran ini dari tempat pengungsian.
Ibadah Ramadhan yang kita jalankan sebulan penuh, adalah sarana untuk menemukan kembali jalan menuju fitrah. Pada siangnya kita berpuasa,di mana pahalanya tidak tergantung seberapa jauh kita lapar dan dahaga,melainkan tergantung pada apakah kita menjalankan dengan iman dan ihtisab kepada Allah serta penuh intropeksi atau tidak. Pada malamnya kita dirikan shalat malam (shalatullail/tarawih), agar hati kita senantiasa terikat dan tunduk kepada Allah pemilik jiwa raga ini. Hari-hari Ramadhan pula kita ramaikan dengan tadarrus al-Qur’an agar kita bisa mengaca diri, apakah tingkah-laku kita sudah sesuai dengan tuntunan al-Qur’an atau belum. Dan pada akhir Ramadhan, kita tutup dan sempurnakan seluruh rangkaian ibadah Ramadhan dengan zakat fitrah, sebagai ungkapan simbolik kecintaan kita kepada kaum miskin dan papa.
Ramadhan sebagai sebuah sekolah khusus
Sebelum menilik kepada pelajaran yang kita peroleh, mari kita lihat dahulu keistimewaan sekolahan“Ramadhan ini”. Kita akan tempat “sekolah Ramadhan” ini di Indonesia, dimana mayoritas penduduknya beragama Islam. Sekolah Ramadhan ini berbeda dan memiliki kekhususan dalam banyak hal. Hal yang pertama, setiap orang Islam wajib masuk sekolah ini. Tapi sekolah Ramadhan ini tidak dipungut biaya.
Hal yang kedua, semua orang tahu aturan sekolah. Semua orang, bahkan anak kecil pun, tahu lonceng masuk sekolah berbunyi pada saat kita masuk ke waktu Subuh. Dan semua orang tahu bahwa waktu sekolah usai pada malam hari. Di dalam masa “sekolah” ini semua orang tahu peraturan “sekolahan”, seperti larangan makan, minum, dan hal-hal lain yang membatalkan puasa. Karena semua orang tahu, maka cobaan pun lebih mudah dihindari. Tidak ada orang yang menawari makan atau minum di siang hari. Bahkan waktu kerja pun seringkali dipersingkat. Kesempatan untuk beribadah diperbesar. Pokoknya, berbagai hal dipermudah.
Bayangkan jika anda harus menjalankan puasa di negeri orang yang orang Islamnya minoritas,sehingga mereka tidak tahu apa itu puasa. Tidak ada perilaku khusus. Kerja tetap panjang waktunya. Godaan makan dan minum lebih banyak.
Apalagi jika anda tinggal di negeri yang memiliki empat musim; winter (musim dingin), spring (musim semi), summer (musim panas), dan fall (musim gugur). Puasa bisa saja jatuh di musim panas (summer) yang siang harinya lebih panjang daripada malam hari. Puasa anda bisa dimulai dari pukul 2 pagi sampai pukul 9 malam. Mungkin kita hanya sempat berbuka dan langsung dilanjut dengan sahur. Demikian nikmatnya sekolah Ramadhan di negara kita ini. Ramadhan itu juga memiliki keistimewaan sebagaimana diutarakan dalam hadits ini
“Jika tiba Ramadhan, maka pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup serta syetan-syetan dibelenggu.” (Diriwayatkan Al-Bukhary dan Muslim)
Jadi di sekolah Ramadhan itu gangguan dari syetan ditiadakan. Jadi kalau kita masih berkelakuan
dan berpikiran jahat, maka itu bukan perbuatan syetan melainkan dari diri kita sendiri. Lagi-lagi ini sebuah kemudahan.
Hal yang ketiga, berbeda dengan sekolahan dimana kita dinilai atau diuji oleh seorang guru, maka di sekolahan Ramadhan ini kita menilai diri sendiri. Tidak ada ebtanas. Ujiannya adalah antara kita dan Allah swt. Ketika kita melakukan puasa, tidak ada orang lain yang tahu apakah kita benar-benar melakukannya dengan baik kecuali diri sendiri. Tidak ada orang yang tahu kalau kita makan sambil sembunyisembunyi kemudian pura-pura masih berpuasa. Tentu saja Allah tahu. Jadi yang menilai adalah diri kita sendiri dan Allah karena puasa ini milik Allah. Disebutkan dalam sebuah hadits:
Setiap amal anak Adam bagi dirinya. Satu kebaikan diberi balasan dengan sepuluh kebaikan yang serupa hingga tujuh ratus kali. Allah berfirman, 'Kecuali puasa. Puasa itu bagi-Ku dan Aku membalasnya. Dia meninggalkan makanan karena Aku, meninggalkan minuman karena Aku dan meninggalkan istrinya karena Aku'.
(Diriwayatkan Al-Bukhary, Muslim, Malik, Abu Daud, At-Tirmidzy dan An-Nasa'y)
Puasa ini tidak untuk apa-apa atau siapa-siapa, kecuali hanya untuk Allah.
Pelajaran yang dapat dipetik
Ada banyak pelajaran yang kita peroleh dari sekolah Ramadhan ini. Berikut ini adalah beberapa contoh pelajaran yang kita terima.
1. Lapar dan dahaga
Pelajaran yang paling minimal yang dapat dipetik dari Ramadhan adalah lapar dan dahaga. Ini pelajaran yang paling rendah.
“Berapa banyak orang yang berpuasa, namun yang diperolehnya dari puasanya itu hanyalah lapar dan dahaga saja.” (HR Khuzaimah dan Thabrani)
Dari sini kita belajar bahwa lapar dan dahaga itu tidak enak. Terbayang oleh kita saudara-saudara kita yang ditimpa musibah sehingga mereka tidak dapat makan dan minum senikmat kita. Mohon kita bedakan mereka ini dengan orang-orang malas yang tidak mau bekerja. Masih banyak saudara kita yang meski telah berusaha, akan tetapi masih kesulitan mendapatkan makanan. Seringkali kita menggunakan alasan lapar dan dahaga di bulan Ramadhan ini untuk tidak dapat bekerja dengan baik. Lemas pak. Pusing pak. Bayangkan apabila anda, anak anda, kerabat anda, anak buah anda lapar. Apakah mereka dapat bekerja, bersekolah, atau melakukan kegiatan dengan baik?
Untuk itu marilah kita berusaha dan bekerja agar kita tidak lapar, agar keluarga kita tidak lapar. Dan bantulah kerabat dan tetangga agar mereka juga tidak lapar.
2. Kemampuan mengendalikan diri sendiri
Kita sebenarnya memiliki kemampuan pengendalian diri yang luar biasa. Ketika kita meniatkan untuk melakukan sesuatu, maka niat tersebut dapat terlaksanan. Bayangkan, kita melakukan puasa selama sebulan hanya karena niat! Kita tidak makan, minum, merokok, dan melakukan hal-hal yang membatalkan puasa hanya karena sebuah niat! Kita tidak mencela orang, menjelek-jelekkan orang, menggosip, hanya karena sebuah niat! Ketika darah mendidih marah, maka kita menahan diri bersabar dan mengatakan: 'maaf saya sedang berpuasa.' Ternyata kita mampu menahan nafsu amarah hanya karena sebuah niat! Nawaitu! Luar biasa.
Bagi seorang dewasa dia tahu bahwa dia tidak mendapatkan hadiah (paling tidak, tidak secara langsung) atau mendapatkan bonus karena puasanya. Tapi toh puasa itu dilakukan juga. Kalau kata sebuah iklan, ini bukan saja luar biasa, tapi “rrruaaarrr... biasa”. Ini kendali diri yang luar biasa yang kadang-kadang kita tidak sadari.
Bagi anak-anak, mungkin ikut puasa karena disuruh oleh orang tuanya. Meskipun demikian, ini masih luar biasa. Mampu mengendalikan diri sendiri di usia anak-anak. Juga luar biasa. Anak-anak juga memulai kebiasaan shalat, tarawih, dan melakukan kegiatan keagamaan lainnya.
Kebaikan berangkat dari kebiasaan. Namun, keburukan juga berangkat dari kebiasaan. Jadi kebiasaan yang baik harus dimulai dari sejak kecil. Kita harus rayakan kemenangan kita ini!
3. Zakat
Di akhir bulan Ramadhan ini kita membayar zakat. Zakat ini juga merupakan sebuah ujian kepatuhan kita. Apakah kita patuh kepada Allah ataukah kita lebih mementingkan uang? Takut miskin? Berapalah uang yang kita bayarkan untuk zakat? Untung (atau rugi?) bahwa khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq tidak berada di tengah-tengah kita.
Kalau ada, maka mungkin kita berhadapan dengan pedang Abu Bakar. Mengapa kita perlu ditakuttakuti dengan pedang Abu Bakar baru mau membayar zakat? Coba simak ayat berikut
“Dan, orang-orang yang dalam hartanya terdapat bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta).” (Al-Ma'arij: 24-25)
Jika anda tidak mau membayar zakat, maka Allah akan mengambilnya dari anda. Misalnya melalui musibah, kecopetan, sakit, kebutuhan ini itu yang tidak anda rencanakan. Yang bukan hak anda pasti akan memisahkan diri. Apakah kita mau bermain-main kucing-kucingan dengan Allah? Berani? Bayarlah zakat sehingga kita bisa tenang.
Bagi para Muslimin yang belum mampu membayar zakat, mengapa belum? Jadikan ini sebagai
target tahun depan! Tahun depan, kami harus mampu bayar zakat!
4. Bagaimana jika gagal?
Meski sekolahan Ramadhan ini mendapat perlindungan khusus, tapi mungkin masih juga gagal. Banyak penyebab kegagalan ini. Jika kita gagal karena sakit atau halangan lain, itu bisa dimaklumi. Nanti kita bayar.
Namun jika kita gagal melaksanakan tugas yang diwajibkan dalam bulan Ramadhan ini tanpa alas an yang kuat, maka kita harus berhati-hati sebab dengan segala kemudahan yang telah diberikan oleh Allah, kita masih gagal juga. Bayangkan syetan dibelenggu saja kita masih kalah. Apalagi jika syetan-syetan ini dilepas! Ajakan-ajakan dan godaan-godaan untuk melakukan maksiat akan lebih dahsyat lagi. Tentunya lebih sulit lagi melaksanakan perintah-perintah Allah.
Kegagalan ini harus menjadi sebuah peringatan keras.
5. Pasca Ramadhan.................................
Ramadhan telah berlalu. Entah dia akan menjadi saksi yang meringankan kita atau malahan menjadi saksi yang memberatkan.
“Puasa dan Al-Qur'an akan memberi syafaat bagi hamba pada hari kiamat. Puasa berkata, 'Ya Rabbi, aku mencegahnya makanan dan syahwat, maka berilah aku syafaat karenanya.' Al-Qur'an berkata, 'Aku mencegahnya tidur pada malam hari, maka berilah aku syafaat karenanya'. Beliau bersabda, 'Maka keduanya diberi syafaat',” (Diriwayatkan Ahmad)
Semoga Al-Qur'an dan puasa memintakan syafaat bagi kita pada hari kiamat kelak. Amin.
Waktu melatih diri telah selesai. Masuklah kita kepada praktek sehari-hari. Mampukah kita mempertahankan bahkan meningkatkan prestasi kita yang telah kita raih di Ramadhan? Apakah kitakembali lagi menjadi pecundang (loosers), orang yang kalah?
Jika kita kalah, bagaimana mengharapkan orang lain untuk menang? Sedih rasanya melihat ketidak mampuan kita untuk mengenda diri. Kita lihat wakil-wakil rakyat yang berperilaku seperti anak-anak. Dimana hilangnya kesabaran kita? Kemana larinya kemampuankita untuk melakukan puasa dan shalat lail? Ternyata kita hanya menjadi seorang Ramadhani saja,yaitu orang yang mengingat Allah kala Ramadhan saja. Dalam sebuah ceramahnya, Syaikh Al-Qardhawy mengatakan bahwa barangsiapa yang menyembah bulan Ramadhan, sesungguhnya bulanRamadhan itu telah mati dan berlalu. Sementara Allah tidak pernah mati dan senantiasa hidup. Diantara orang salaf ada yang berkata:“Seburuk-buruk orang ialah yang tidak mengenal Allah kecuali pada bulan Ramadhan.
Maka jadikanlah diri anda seorang Rabbani, dan jangan menjadi Ramadhani.” Mudah-mudahan kita termasuk orang yang lebih baik dari itu. Mudah-mudahan Ramadhan ini membekas di hati kita dan kebiasaan-kebiasaan baik yang telah kita lakukan di bulan Ramadhan inimenjadi tetap. Jika tidak 100% melekat, mungkin sekian persen saja. Mudah-mudahan kita masihdiberi kesempatan untuk melakukan sekolah Ramadhan lagi di tahun depan. Dan mudah-mudahan kita dapat lebih baik lagi. Amiiiinnnn……

Tidak ada komentar:

Posting Komentar